Hanya menempuh waktu sekitar 15 menit dari pantai Copacabana Rio de Janeiro yang luar biasa indah, saya tiba di gerbang masuk area Patung Yesus Kristus Penebus di Taman Nasional Hutan Tijuca Gunung Corcovado, Brasil. Sebenarnya mobil-mobil kecil bisa langsung menuju ke atas di dekat lokasi patung dengan melalui jalan mulus yang cukup terjal tingginya.
Sementara bagi rombongan yang mengendarai bus disediakan dua buah gerbong trem yang akan mengantar ke atas. Menggunakan trem berwarna merah yang berjalan menanjak membelah hutan lebat menjadi pengalaman unik yang sulit ditemui di tempat lain. Tiket menumpang trem seharga 36 real Brasil atau sekitar 16 dolar AS (setara Rp 192.000 dengan kurs Rp 12.000 per dolar AS) per orang pulang pergi. Cukup mahal, tapi menjadi tidak mahal bila dibandingkan dengan harga keindahan yang bisa disaksikan dan dinilkmati setibanya di atas nanti.
Perjalanan menanjak menempuh waktu sekitar 20 menit, namun hijaunya pepohonan tropis seperti nangka dan cuaca yang sejuk mulai menenangkan mata dan batin. Tiba di stasiun terakhir, pengunjung ditawarkan untuk naik ’lift’ namun harus antri cukup panjang atau berjalan melalui tangga berundak yang memiliki sekitar 200 anak tangga.
Di lokasi ini terjadi kerumunan cukup padat karena antrian pengunjung yang ingin naik ke atas menggunakan tiga lift yang ada, berpapasan dengan pengunjung yang baru turun dan mengantri trem ke bawah. Sejumlah petugas sukarelawan mengatur dengan baik kerumunan itu sehingga kedua antrian berlangsung lancar.
Sampai di puncak masih ada satu ruas tangga lagi yang harus ditempuh. Untungnya sudah ada tangga berjalan yang cukup tinggi, yang meringankan pengunjung untuk tiba di patung Yesus Penebus. Dari tempat ini, patung Yesus setinggi 38 meter ini sudah tampak di depan mata membentuk siluet indah menutupi cerah sinar mentari.
Tiba di puncak bukit dengan ketinggian 710 meter dari permukaan laut, para pengunjung serasa berada dalam naungan Sang Maha Agung. Tangan Patung Yesus membentang seolah memberi rahmat. Wajah dan tangan patung Christ Redeemer itu menghadap ke arah kota Rio dan pantai Copacabana di bawahnya seakan menerima segala kesalahan dan dosa umat untuk ditebusnya. Berada di tempat tersebut, yang pada tahun lalu masuk sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia versi new7wonder.com itu, pengunjung seakan dibawa untuk menyaksikan kebesaran pemilik alam semesta.
Berdiri di bawah patung dengan gaya arsitektur Art Deco yang selesai dibangun pada tahun 1931 itu, para pengunjung dari berbagai bangsa, suku dan agama seakan semua disatukan dengan kesadaran akan keindahan nikmat semesta alam yang diberikan Tuhan.
Hamparan bukit hijau, dipayungi langit biru cerah bersatu dengan ribuan bangunan yang memadati kota Rio berjajar dengan warna putih pantai Copacabana dan birunya lautan menyusun membentuk lukisan indah alam. Semua berdecak kagum, semua termanggu dan akhirnya tersenyum gembira merasakan kebahagiaan, mencecap kuasaNya yang menyusup ke dalam hati.
Semua pengunjung yang berada di bawah patung Yesus, tampak berusaha mengabadikan momen bersejarah dalam hidup mereka ini dengan berfoto atau membuat rekaman video. Saya pun tak kalah sibuk memotret gambar-gambar indah dan berfoto bergaya dengan tangan membentang dengan latar belakang patung Yesus itu. Setelah puas menghabiskan kapasitas kartu memori di kamera digital, saya menuju kaki patung itu tempat sebuah kapel dibangun untuk melayani umat Katholik dan Kristen yang ingin berdoa, seperti yang selalu ada di tempat-tempat ziarah umat Katholik lainnya.
Dari beberapa situs di internet disebutkan bahwa gagasan pembangunan patung Yesus ini muncul pada pertengahan 1850-an. Saat itu imam Katolik Pedro Maria Boss meminta dana dari Putri Isabel (Ratu salah satu kerajaan di Brasil) untuk membangun sebuah monumen keagamaan yang besar.
Namun Putri Isabel tidak tertarik. Ide pembangunan patung itu terlupakan hingga 1889 saat Brasil menjadi negara republik dan undang-undang mewajibkan pemisahan gereja dari negara. Ide kedua dicetuskan pada 1921 oleh Keuskupan Agung Rio de Janeiro. Keuskupan Agung mengorganisir acara Minggu Monumen untuk menarik para penyumbang, yang kebanyakan berasal dari kaum Katolik Brasil.
Christ Redeemer atau dalam bahasa Portugis Cristi Redentor didesain oleh Heitor da Silva Costa dan dipahat oleh Paul Landowski asal Prancis. Butuh lima tahun membangun patung ini dari beton dan batu. Jalan kereta api pun dibangun untuk membawa potongan-potongan besar patung ke puncak gunung.
Patung selesai dan diresmikan pada 12 Oktober 1931, berbagai penyempurnaan terus dilakukan seperti membangun lift dan eskalator yang memudahkan para pengunjung. Patung hampir serupa dibangun di puncak Bukit Fatucama, Dili, Timor Timur pada 1996, namanya Patung Kristus Raja. Patung ini merupakan simbol peringatan integrasi Timor Timur ke Indonesia. Ketinggiannya 27 meter untuk melambangkan 27 provinsi Indonesia saat itu.
Namun, menurut beberapa teman yang ikut dalam rombongan ke Rio ini, patung Yesus di Dili belakangan sudah tidak lagi terawat baik. Latar belakang politis pendirian patung itu membuat warga Dili enggan mengurusnya. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Patung Yesus di bukit Corcovado ini, pengelolaan yang rapi dan bersih membuat para pengunjung bukan saja terpana atas keindahan patung itu tetapi juga merasakan kenyamanan yang luar biasa berada di areal itu.
Tidak ada sampah yang bertebaran, tidak ada coretan di dinding dan semua berlangsung dengan tertib tanpa keributan karena semua dijaga dan diatur dengan baik. Ribuan pengunjung dari manca negara datang setiap tahunnya ke tempat ini, dan para wisatawan itu bukan saja para peziarah beragama Katholik dan Kristen tetapi juga dari agama lain yang ingin menikmati keindahan lokasi patung itu.
sumber : perempuan.com
Rabu, 27 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar