Senin, 25 Mei 2009

Upacara Kesadha


Siang itu kami tiba di airport Surabaya. Diujung pintu keluar sudah menunggu sopir kami yang tertawa menyambut barang bawaan kami. Tujuan kami menuju dataran tinggi Bromo melalui rute Pasuruan-Tongas-Ngadisari. Lalu lintas lancar, kami tertidur dan terjaga ketika mobil mulai menanjak memasuki Tongas, sebentar lagi kami akan masuk wilayah desa Sukapura. Musim kemarau masih tersisa dipenghujung bulan ini, beberapa area kering kerontang kami lewati.

. Vegetasinya memang agak aneh, selang seling antara hijau dan kering merana. Didekat Sukapura, kami melewati salah satu hotel terbesar dan termegah disini yakni GRAND BROMO. Kami tidak menginap disana, lokasinya masih cukup jauh dari Bromo, dan harganya lumayan mahal. Tujuan kami kesebuah hotel yang letaknya persis berhadapan dengan Gunung Bromo-Gunung Batok-Lautan pasir, yakni LAVA VIEW.

Setibanya dilokasi penginapan kami disambut dengan tawa renyah Pak Edi manager hotel. Udara dingin menyusup melalui baju disiang terik begini. Pak Edi menyarankan kami istirahat sejenak dikamar karena malam nanti ada upacara besar, upacara Kesadha yang diadakan setahun sekali dan akan dilaksanakan hampir semalam suntuk, mulai tengah malam hingga esok pagi. Setelah meneguk segelas teh panas, kami meluruskan kaki berjalan keluar penginapan hanya beberapa meter kedepan hotel melihat view megah dari Bromo. Sungguh, indah sekali.

Upacara kesadha adalah upacara masyarakat Bromo Tengger, khususnya pemeluk agama Hindu. Upacara sekali setahun ini kerap dikunjungi oleh turis selain unik juga untuk melihat keindahan panorama bromo diketinggian 7800 m yang tidak ada duanya.

Asal muasal upacara ritual Kesadha ini berasal dari satu legenda abadi yang dituturkan turun temurun tentang asal muasal orang Tengger dan pengorbanan Raden Kesuma.

Sahibul hikayat menuturkan, bahwa dulunya hidup seorang resi Dadap Putih dipadepokannya yang terletak didukuh Penanjakan. Sang resi yang berasal dari Majapahit ini diutus raja untuk menemani putrinya dalam pengasingan, putri Roro Anteng.

Satu hari kemudian, datanglah seorang pemuda Joko Seger dari dukuh Keduwung putra seorang Brahmana, yang kemudian menjadi murid cantrik dari resi Dadap Putih. Tahun berjalan, pada akhirnya kedua nya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Joko seger kemudian dikenal sebagai penguasa Tengger pertama dengan nama Purba Wasesa Mangkurat ing Tengger, artinya “penguasa Tengger yang budiman”.

Mereka berdua hidup rukun bertahun kemudian. Namun, bertahun kemudian mereka belum juga dikaruniai anak hasil perkawinan itu, karena mereka lantas membuat pemujaan kepada penguasa Bromo, kiranya mereka bisa mempunyai anak. Permintaan mereka dikabulkan dengan syarat, jika nanti tiba waktunya, maka anak paling bungsu harus diberikan kembali kepada penguasa Bromo. Joko Seger dan Roro Anteng dikaruniai 25 orang putra yang sehat dan kuat. Putra terakhir diberi nama Raden Kesuma, adalah bocah yang lincah dan cerdas. Kehidupan bahagia keluarga besar ini terguncang ketika dating suara yang mengingatkan mereka akan janji untuk mengorbankan Raden Kesuma kedalam kawah Bromo yang bergejolak. Atas ketulusan pengorbanan besar Raden Kesuma inilah kemudian mejadi upacara Kesadha yang dilaksanakan pada hari 14 atau 15, bulan keduabelas menurut system penanggalan masyarakat Tengger, bertepatan dengan purnama penuh

Penulis : hantulaut
Fotografer : Silverum
Lokasi : Sukapura, Tosari, Pasuruan
Sumber : navigasi.net/liburan.info

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Blogger Template by Bloganol and Smart Blogging Tips