Senin, 25 Mei 2009

Lucerne, Keindahan Klasik Kota Kuno


Lucerne, Luzern, atau Lucerna, semuanya nama resmi, tergantung bahasa apa yang akan kita pakai. Petunjuk menarik semacam ini bisa didapati bila kita melakukan perjalanan ke Swiss tetapi tak membawa serta brosur wisata.

Pada awalnya kota tersebut memang hanya sebuah dusun nelayan kecil, terletak di tepi barat Danau Lucerne. Namun, sejak tahun 840, dusun bernama Lucaria ini mulai masuk dalam catatan sejarah. Nama ini mengacu kepada sosok Santo Leodegar, rohaniwan Katolik yang mendirikan biara di tempat itu pada sekitar tahun 700. Secara berangsur-angsur, Lucaria kemudian berubah menjadi Lucerne. Dari sebuah dusun nelayan akhirnya tumbuh menjadi kota besar.

Perkembangan tersebut terjadi setelah Gotthard Pass, jalan darat yang dibangun melintasi Pegunungan Alps, dibuka. Lokasi kota ini kemudian berubah menjadi sangat strategis, terletak di jalur perdagangan antara Lembah Rhine di Jerman Selatan dan Lombardy di Italia Utara.

Tahun 1332, Lucerne yang sudah semakin makmur, bergabung dalam konfederasi tiga canton (negara bagian), pendiri awal negara federal Swiss. Kemakmuran semakin terasa, sesudah jalan darat berikut sarana transportasi air diselenggarakan.

Kota indah di tepi danau ini malah akhirnya juga dihubungkan dengan jalur kereta api. Jadilah Lucerne sebuah kota dagang sekaligus tempat tujuan wisata.

Lucerne memang dilimpahi segala macam keindahan alam. Dengan latar belakang salju abadi yang ada di sepanjang tahun, dan ini artinya selama empat musim, selalu tampak menghiasi puncak Pegunungan Alps. Sementara hamparan hutan cemara mengelilingi kota, berpadu dengan air danau sangat jernih berwarna biru berkilauan.

Meski letaknya jauh di pedalaman Swiss dan di tengah daratan Eropa, Lucerne setiap waktu memancing datangnya ratusan ribu pelancong dari seluruh penjuru dunia. Semua keindahan tersebut dilengkapi dengan tamasya air di Danau Lucerne, danau seluas 38 kilometer persegi yang menyatu dengan Danau Uri, hingga sampai ke dinding perbukitan batu terjal di kawasan Alpine.

Jembatan Kayu Tertua

Salah satu objek wisata utama Lucerne adalah jembatan kayu yang membentang di Sungai Reuss. Jembatan di tengah kota tersebut dikenal dengan nama The Chapel, dibangun tahun 1333 serta diyakini sebagai jembatan kayu paling tua di dunia.

Selama lebih dari tujuh abad, jembatan tersebut sudah beberapa kali (terakhir tahun 1993) diamuk oleh kobaran api. Setiap kali kebakaran terjadi, pemerintah setempat kemudian turun tangan memugar.

Jembatan ini pun bisa selalu tampak utuh dan seakan-akan tidak pernah tergoyahkan serta dirasakan sanggup bertahan, meski semua tiang penyangganya terendam air selama ratusan tahun.

"Inilah lambang keteguhan sikap masyarakat Lucerne, selalu abadi dan ingin memperbaiki diri," kata Christine, gadis pemandu wisata, menjelaskan dengan nada riang.

Meski perjalanan sejarah telah menjadikan sebagian bangunan di Lucerne mulai tampak tua akibat dimakan usia, para pelancong justru bisa menikmati pesona keindahan klasik sekaligus ketenteraman kehidupan masyarakat di sebuah kota pedalaman Eropa.

Di sisi lain, Lucerne juga berusaha untuk ikut mempercantik diri, tanpa meninggalkan yang lama. Kota tersebut bisa menampilkan ciri kehidupan masyarakat modern, lengkap dengan segala macam perniknya.

Tahun 1971, kebakaran besar menghanguskan Stasiun Kereta Api Lucerne. Di bekas lokasi kebakaran, kini berdiri megah kompleks bangunan yang diberi nama the Luzernersaal. Paduan antara gedung konser, pusat konvensi, sekaligus galeri kesenian.

Bangunan utama kompleks itu merupakan karya arsitek Perancis, Jean Nouvel. Dipadukan dengan rancangan bagian dalam gedung oleh ahli akustik asal Amerika Serikat, Russel Johnson.

Hari ini, bukan saja bekas-bekas kebakaran sudah tidak tersisa. Kompleks tersebut kemudian malah tampil sebagai benchmark, bahan acuan sekaligus pedoman dalam mendirikan bangunan, untuk membangun kompleks serupa di seluruh penjuru dunia.

Kota Ordo Jesuit

Minggu pagi di awal Juli, saya terbangun dari tidur, oleh bunyi belasan lonceng yang gemuruh suaranya dengan irama keras menembus sampai ke dalam kamar hotel. Dengan mata masih setengah terlelap, Christine mengingatkan, "Lucerne merupakan kota yang oleh Federasi Swiss dibangun sebagai contoh kota Katolik, demi memenuhi rekomendasi Konvensi Trent tahun 1545-1563".

Bukan sekadar Katolik, bahkan pada awalnya, pengelolaan kota ini secara khusus diserahkan kepada Ordo Jesuit. Dengan demikian, di Lucerne sejumlah gereja hadir menyolok. Setiap hari Minggu, pusat perdagangan berubah sepi karena tutup.

"Enam hari kita sudah bekerja, masak tidak rela satu hari kita serahkan untuk menghormat Sang Pencipta?" kata Christine serius.

Masyarakat Lucerne sejak abad XVI membangun pusat pendidikan khusus Ordo Jesuit dan melengkapinya dengan beragam bangunan tambahan. Puncak kegiatan tersebut akhirnya mereka wujudkan dengan mendirikan sebuah gereja yang dipersembahkan kepada Santo Franciscus Xaverius (1506-1552). Pembangunan gereja khusus tersebut dimulai tahun 1666 dan selesai sebelas tahun kemudian.

Dewasa ini, bukan saja makna bangunan tersebut dalam sejarah menjadi penting karena memperingati salah seorang tokoh kudus agama Katolik sangat terkenal, Santo Franciscus Xaverius, yang dulu pernah berkarya di Malaya, Ambon, Ternate, sampai daratan Cina. Untuk masyarakat awam, rancang bangun gereja ini sangat menarik karena menandai jejak gaya Baroque, yang pernah mencatat kesan tersendiri dalam dunia arsitektur.

Dalam buku Die Kunstdenkmaler des Kantons Luzern, Adolf Reinle melukiskan, "Sebuah bangunan yang benar-benar merupakan karya seorang jenius..."

Pujian yang tidak berlebihan. Dari semua bangunan gereja gaya Baroque di sisi utara dan selatan Pegunungan Alps, Gereja Jesuit di Lucerne menempati posisi khusus. Bentuknya unik, rancang bangunnya memikat, serta digarap dengan keterampilan berikut detail prima.

Begitu kesan dari luar. Apalagi di bagian dalam, tersimpan banyak lukisan dan patung kuno yang memang sangat indah.

Sumber: Senior/liburan.info

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Blogger Template by Bloganol and Smart Blogging Tips