Kamis, 21 Mei 2009

PESTA NYALE DI LOMBOK


Keindahan Pantai Aan dengan pasir putihnya.

Pantai Aan tempat dilaksanakan pesta Nyale.

Pesona Nusa Tenggara Barat saat ini mulai menggeliat dalam bidang pariwisata. Pebruari 2009 kemaren pada saat orang-orang merayakan Valentine Day, puluhan ribu manusia berkumpul di Pantai Selatan Pulau Lombok, tepatnya di Pantai Seger sebelah timur Teluk Kuta, Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Apakah berkumpulnya orang-orang tadi ingin merayakan Valentine Day? Bukan sahabat. Mereka berkumpul di tempat ini untuk merayakan pesta Bau Nyale.

Demikian pula peristiwa di tahun 1993, sehat dengan reiki bersama tim dokumentasi film melakukan liputan Bahu Nyale yang merupakan peristiwa tahunan yang sudah diagendakan sebagai pesta rakyat di Lombok. Sayang di tahun itu peristiwa pesta Bahu Nyale tidak bertepatan dengan Valentine Day tetapi kemeriahan pesta tetap berlangsung dengan meriah.

Sejak di Jakarta kami sudah merancang jadwal kerja sehingga kedatangan ke Nusa Tenggara Barat tidak sia-sia. Script liputan, lokasi, materi dokumentasi sudah dipersiapkan dengan matang sehingga begitu kita tiba di Pesta Rakyat ini liputan segera dapat dilaksanakan.Tim kerja yang ditugaskan meliput harus juga membuat reportase di luar shooting script berdasarkan peristiwa on the spot di luar skenario yang telah direncanakan.

Memang Pesta Rakyat Bahu Nyale merupakan pesta rakyat yang melibatkan warga yang datang dari berbagai wilayah, terutama di Kabupaten Lombok Tengah yang sampai saat ini masih meyakini kebenaran Legenda Puteri Mandalika yang lebih terkenal sebagai Putri Nyale. Bahkan sehari sebelum pesta rakyat itu berlangsung areal pesta disulap layaknya tempat pesta dengan hadirnya pasar tiban di mana penjual makanan dan minuman hadir di lokasi ini bertemu melakukan transaksi jual beli.

Suasana berburu Nyale dari malam hingga terbit fajar.

Suasana berburu Nyale dari malam hingga terbit fajar.

Tentu Anda yang belum pernah berkunjung ke Lombok bertanya-tanya apa sih itu Pesta Bahu Nyale? Baiklah sehat dengan reiki gambarkan bahwa Pesta Bahu Nyale adalah pesta tahunan yang sudah berlangsung turun temurun dari generasi ke generasi masyarakat adat Pantai Selatan Lombok dari timur ke barat yaitu masyarakat adat Blowam, Jerowaru, Awang, Terasak, Aan dan Seger.

Sebenarnya apa sih itu Nyale? Para ahli biologi menyebut nyale sebagai jenis cacing laut (anelida polycaetae) atau cacing kelabang yang tergolong bangsa anelida tetapi bukan termasuk jenis anthropoda (binatang beruas) yang muncul setahun sekali di Pantai Selatan Lombok ini. Cacing kelabang ini disebut sesuai dengan lokasi masyarakat adat tinggal, misalnya di Lombok disebut Nyale, Sumbawa disebut Nyale Sorban Nabi Adam dan di Ambon Maluku disebut Cacing Hujan karena dianggap cacing itu jatuh dari langit bersamaan air hujan.

Di Lombok Nyale ditangkap tanggal 20 bulan kesepuluh dan awal tahun Sasak yang ditandai dengan terbitnya bintang Rowot ( tanda alam yang dikaitkan dengan pertanian) di mana bulan kesatu menurut Suku Sasak dimulai tanggal 25 Mei dan umur setiap bulan dihitung 30 hari. Bila dibanding dengan tahun Masehi perbedaannya siklusnya sedikit dan bulan kesepuluh dan kesebelas jatuh bulan Pebruari dan Maret.

Malam telah tiba di Pantai Seger. Ribuan peserta Nyale telah siap di pinggir pantai. Mereka membawa serok, jaring dan hanya ditemani lampu senter dan petromak siap menceburkan diri ke air laut dangkal yang malam itu terasa dingin sekali. Tiupan angin laut selatan Pantai Lombok terasa menggigit badan dan semilir angin dingin menerpa wajah yang ditutup handuk.

Nyale yang hendak ditangkap berukuran 10-15 sentimeter yang tiba-tiba mengambang di permukaan laut dengan jumlah yang tidak terduga jumlahnya. Mungkin jutaan nyale malam itu muncul mengambang di permukaan laut persis ikan mengapung di perairan dangkal. Tanpa dikomando peserta nyale lalu menangkap nyale dan memasukan ke wadah yang telah disiapkan.

Nyale yang ditangkap warnanya ada yang putih, hitam,kuning,hijau gadung dan coklat. Warna nyale lengkap yang menyiratkan pertanda bahwa padi akan tumbuh subur dan panen akan melimpah. Apalagi semalam sebelum pesta Nyale tiba hujan turun dengan deras disertai kilat yang menyambar di kawasan Pantai Seger.

Menurut hikayat yang berkembang di kalangan masyarakat Lombok secara turun temurun dikisahkan bahwa Nyale yang ditangkap malam itu diyakini merupakan jelmaan Putri Mandalika yang hidup ratusan tahun lalu. Sang putri memilih menceburkan diri ke Laut Selatan Pulau Lombok karena kesulitan memilih satu dari tiga Pangeran yang sangat ingin sekali menyunting Sang Putri Mandalika.

Tersebut dalam kisah dahulu pernah ada Kerajaan Seger yang diperintah oleh Raja Seger yang arif dan bijaksana mempunyai permaisuri bernama Lale Bulu Kuning ( Lining Kuning ) serta mempunyai seorang puteri yang cantik jelita. Sang puteri raja ini sejak kecil diberi julukan Tunjung Beru yang berarti “baru muncul”. Seiring bertambah usia kecantikan sang puteri semakin memesona bangsawan dan rakyat Kerajaan Seger. Nama sang puteri raja akhirnya diubah menjadi Puteri Sarah Wulan yang berarti puteri yang memiliki cahaya kejelitaan.

Karena kecantikan sang puteri raja ini membuat beberapa pangeran putera mahkota kerajaan lain terpikat dan segera ingin melamarnya. Ketiga pangeran putera mahkota itu adalah Pangeran Arya Rembitan, Arya Bumbang dan Pangeran Johor. Ketiga pangeran ini melamar sang puteri raja dan pucuk dicinta ulam tiba ternyata lamaran ketiga pangeran mahkota ini diterima oleh Sang Raja.

Namun timbul masalah, bila salah satu pangeran diterima maka kedua pangeran lainnya akan cemburu yang akhirnya mengajak perang saudara dan menimbulkan korban rakyat banyak negeri ini. Untuk menghindari tragedi berdarah kerajaan akibat perang saudara Sang Putri merenung untuk sementara waktu mohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.

Setelah menerima wangsit melalui mimpi Sang Puteri akhirnya menceburkan diri ke laut Pantai Selatan Lombok pada tanggal 20 bulan kesepuluh tahun Sasak. Sebelum menceburkan diri ke laut Sang puteri mengumumkan lebih dahulu keputusan ini kepada pangeran dan rakyat kerajaan. Nah sejak saat itu Sang Puteri Sarah Wulan diberi nama baru Puteri Mandalika. Manda berarti bingung atau bimbang dan Lika berarti perbuatan.

Puteri Mandalika yang diliputi kebimbangan akhirnya diabadikan secara turun temurun dalam pesta rakyat Nyale oleh masyarakat Pantai Selatan Lombok, tepatnya masyarakat Lombok Tengah. Mereka mengenang dan merayakan pesta itu semalam suntuk dengan menjaring nyale dan meyakini bahwa Nyale ini penjelmaan Sang Puteri Sarah Wulan.

Kini peristiwa Nyale sudah menjadi ikon pariwisata tahunan Pemda NTB yang bisa mendatangkan devisa karena pengunjung bukan saja dari Lombok sendiri tetapi juga dari wilayah lain di luar NTB. Legenda Puteri Mandalika atau Putri Nyale terus dikenang dan dirayakan setiap tahun khususnya masyarakat Lombok Tengah.Tinggal Pemda NTB saja menangkap peluang ini dan menjadikan peristiwa tahunan untuk menjaring pengunjung melalui promosi baik di dalam negeri atau luar negeri melalui internet, brosur wisata dan publikasi media nasional dan lokal.

Betapa penatnya membuat dokumentasi Nyale semalam suntuk. Tak terasa fajar telah menyingsing di ufuk timur Pantai Seger. Para peserta Nyale yang telah berhasil menangkap Nyale membubarkan diri dan pulang kerumah masing-masing. Nyale yang ditangkap dijadikan lauk pauk, sebagai pupuk tanaman pertanian, untuk emping Nyale dan yang lebih wah dijadikan obat kuat bagi pria loyo.

Kegunaan Nyale memang sudah terbukti bagi masyarakat Lombok yang meyakininya.

Hih, nyale sekilas mirip mie ya?

Hih, nyale sekilas mirip mie ya?

Apalagi kalau dibumbuhi dengan ramuan khas masyarakat Sasak, Nyale tak ubahnya makanan bergizi sehingga menimbulkan rasa lapar dan ingin segera menyantapnya. Kalau anda penasaran dengan Nyale silakan berkunjung ke Lombok tahun depan dan saksikan sendiri kemeriahan pesta Nyale ini.

Ah andaikan Putri Sarah Wulan masih ada di abad ini kita tentu saja bisa menyaksikan kecantikan sang puteri bukan dari dongeng saja tetapi bisa menatap langsung wajahnya. Ataukah anda saja yang menjadi Puteri Sarah Wulan?

Sumber: vtrediting.wordpress.com (brosur wisata pemda ntb, ceritera adat sasak dan film dokumentasi)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Blogger Template by Bloganol and Smart Blogging Tips