Rabu, 27 Mei 2009

Air Terjun Oenesu, Kupang; Merajut Cinta Dibawah Gemuruh Air


Di atas batu cadas, di samping Oenesu kami bertemu. Di dekat air yang jatuh bergemuruh, kami merajut rindu. Lenyap sudah resah hampa, setelah sekian lama terpisah. Di situ kami kembali menyatu. Pagi belum sempurna. Matahari pun belum muncul dari peraduan.

Tapi Lorita sudah terbangun dari mimpinya sejak dini hari. Dia tak bisa lelap. Di benaknya yang terisi hanya wajah kekasihnya, Reynald. Janji untuk bertemu setelah setahun terpisah jarak waktu, membuat malam itu terasa panjang dan menyiksa. Andai saja dia bisa merubah waktu, dia ingin sekali menarik matahari untuk segera muncul diiringi kokok ayam jago.

Di lain tempat, Reynald pun demikian. Apa yang dialami kekasihnya, tengah dirasakannya juga. Dia tersiksa kerinduan yang begitu mendalam. Matanya sulit terpejam, selalu membayangkan keindahan bertemu pujaan hati nanti.

Waktu kemudian bergulir mengikuti kodrat. Selalu berputar melaju meningalkan semua yang ada di belakang. Yang tertinggal kemudian menjadi sejarah atau hanya sekadar cerita lama. Oenesu pagi itu masih hening. Sinar matahari belum mampu menerobos rimbunnya pepohonan di sekitarnya. Hari kian beranjak, matahari perlahan menyusup. Di sanalah terlihat sepasang kekasih tengah merajut rindu. Mereka itu Lorita dan Reynald. Di atas sebongkah batu cadas, sejoli itu saling tatap lalu merapat.

Gemuruh air Oenesu menjadi saksi betapa bahagianya mereka kembali menyatu. Dari atas ketinggian, tepat di bawah mereka. Mereka yang bertemu kali pertama di Oenesu lalu sepakat menjadi sepasang kekasih lalu terpisah jarak waktu kini kembali menyatu di Oenesu. Bagi mereka Oenesu bukan sekadar lokasi wisata alam yang indah, rindang, dan menawan. Pun menjadi destinasi cinta mereka yang abadi.

Demikianlah banyak cerita cinta yang terjadi di Air terjun Oenesu. Air terjun Oenesu memang kerap didatangi pengunjung yang tengah dilanda mabuk cinta. Selain mereka, sejumlah wisatawan baik lokal, nusantara maupun mancanegara terutama turis Australia juga kerap mendatangi air terjun bertingkat ini. Tujuan mereka beragam, ada yang datang untuk merayakan ulang tahun, beribadah, sekadar piknik, dan lainnya.

Air terjun Oenesu merupakan sebuah tujuan wisata utama yang selalu ramai dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada hari libur atau Minggu, objek wisata yang satu ini bisa dikunjungi lebih dari 1.500 orang.

Lokasi Air terjun Oenesu luasnya sekitar 0,7 hektar. Topografinya cukup menantang, berbukit-bukit. Jadi sangat tepat bagi mereka yang suka kegiatan alam bebas, seperti menjelajahi hutannya dan menyusuri sungai kecil di sekitarnya. Di hutannya terdapat beberapa burung liar dan satwa lainnya. Sewaktu saya bertandang di Oenesu, terlihat beberapa pemuda lokal sedang mencari udang dengan menggunakan tombak dari kayu.

Yang membedakan air terjun ini dengan air terjun yang ada di NTT, Oenesu memiliki empat tingkat. Airnya meluncur dari air terjun pertama hingga ke air terjun berikutnya. Di sela-sela air terjun terdapat kubangan air berupa kolam alami yang menggoda siapapun untuk berenang.

Saat musim hujan, curuhan dan volume air Oenesu begitu melimpah. Kendati begitu airnya tetap jernih. Sementara ketika musim panas, airnya tak pernah kering meski tak sebanyak saat musim hujan. Namun airnya terlihat lebih jernih.

Kini Air Terjun Oenesu menjadi tempat rekreasi yang cukup digemari. Pengunjung yang datang selain mandi, ranang, juga ada yang kemping, dan menjelajahi hutan wisata. Fasilitas pendukungnya berupa tangga turun yang disemen sehingga pengunjung dapat lebih mudah mencapai dasar air terjun.

Selain itu juga ada jembatan kayu untuk memasuk kawasan hutan di sekitar air terjun. Sementara di sekitar areal parkirnya tersedia beberapa gazebo untuk melepaskan lelah usai menikmati Oenesu atau sekadar menikmati makanan dan minuman yang dibawa atau dibeli di warung setempat.

Matahari mulai condong ke Barat, Oenesu mulai ditinggali pengunjungnya satu per satu. Lain halnya dengan cerita Lorita dan Reynold, meraka masih betah duduk di batu cadas dekat tumpahan air terjun tingkat pertama. Mereka masih ingin menumpahkan sekaligus merajut rindu lebih erat lagi.

Air Terjun Oenesu berada di Kecamatan Kupang Barat, sekitar 17 kilometer dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Akses jalan menuju air terjun ini beraspal mulus. Hanya beberapa kilometer pada cabang masuk air terjun yang jalannya sedikit rusak.

Oenesu dapat dicapai dengan kendaraan roda empat baik peribadi maupun umum. Kalau dengan kendaraan umum, Anda bisa menyewa mobil travel dari Kota Kupang sekitar Rp 500.000 per hari. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Kota Kupang. Tiket masuk Rp 1.500 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak kecil. Kendaraan roda empat harus membayar Rp 2.000 dan roda dua membayar Rp 1.000.

sumber : perempuan.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Blogger Template by Bloganol and Smart Blogging Tips